Ia menyaksikan langsung perubahan besar yang terjadi di wilayah tersebut.
“Dulu lokasi ini masih hutan dan dikenal dengan nama Ngaumi. Di sini dulu ada Pekong dan tugu peninggalan warga Tionghoa yang digunakan untuk membakar dupa saat sembahyang. Sekarang bangunan Pekong itu sudah roboh, tapi tugunya masih ada,” ujarnya.
Menurutnya, pada tahun 1970 hingga 1990-an, kawasan Ngaumi sering dikunjungi warga Tionghoa dari berbagai daerah di Kalimantan Barat. Namun, kini wilayah itu telah berubah menjadi permukiman yang ramai.
“Banyak warga baru sekarang yang bahkan tidak tahu nama Ngaumi ini,” tambahnya.
Senada disampaikan, Pak Odok, turut mengisahkan perubahan yang terjadi. “Sekarang di lokasi ini sudah banyak rumah penduduk dan ditanami sawit. Dulu masih hutan dan sering dijadikan ladang warga. Sekarang sudah menjadi satu RT, yaitu RT 12 Desa Mandor,” katanya.
Meski bentuk wilayah Ngaumi kini sudah berubah menjadi kampung yang berkembang, warga lama tetap mengenang sejarahnya.
“Tugu ini masih ada, menjadi saksi perubahan dari masa ke masa. Dulu kami muda, sekarang sudah tua, tapi kenangan tentang Ngaumi tidak pernah hilang,” tutur Pak Odok mengenang masa lalu.
Perubahan Ngaumi menjadi kampung modern menjadi bukti perjalanan panjang pembangunan di Mandor, sekaligus pengingat bahwa sejarah lokal tetap hidup di hati warga yang pernah menyaksikannya.(AV)