Sekadau, Kalbar (Suara Borneo) - Ketua Dewan Adat
Dayak (DAD) Kabupaten Sekadau, Jefray Raja Tugam mengimbau kepada seluruh
masyarakat adat Kabupaten Sekadau agar selalu berhati-hati dan waspada terhadap
penyakit yang diakibatkan pada musim kemarau. Ia mengatakan, saat ini sedang
musim kemarau tidak terkecuali di Kabupaten Sekadau.Ketua Dewan Adat
Dayak (DAD) Kabupaten Sekadau, Jefray Raja Tugam. (Foto:red/sb)
“Sudah kurang lebih 3 minggu ini bahkan hampir satu bulan kemarau berlangsung. Oleh karena itu saya mengimbau kepada masyarakat kabupaten Sekadau agar berhati-hati dan waspada terhadap penyakit yang diakibatkan oleh musim kemarau,” kata Jefray Raja Tugam yang juga anggota DPRD Kabupaten Sekadau dari fraksi partai Demokrat kepada Suaraborneo.id. Senin (12/8/2024).
“Penyakit yang diakibatkan musim kemarau antara lain, Diare, Muntaber, Influenza, Batuk/pilek, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) dan Penyakit mata. Berhati-hati juga dalam mengkonsusmsi air minum dan makanan supaya tetap menjaga kebersihan. Jika keluar rumah gunakan masker untuk menghindari peyakit akibat debu seperti penyakit ISPA,” tambahnya.
Jefray juga menyoroti terkait Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang sangat rentan karena musim panas dan kemarau panjang. Walaupun lanjut dia, pemerintah provinsi sudah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) terkait Karhutla sesuai dengan kearifan lokal.
“Tetapi kita juga harus waspada pada saat kita membakar ladang. Sebelum membakar ladang alangkah baiknya pingiran lahan di awasi, koordinasi dengan warga sekitar kita baik lahan pribadi maupun perusahaan serta pihak desa/dusun dan pihak keamanan terdekat atau Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) dan (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinsa),” imbuhnya.
Jefray juga menerangkan bahwa dari Komisi I DPRD Kabupaten Sekadau juga pernah Sidak ke dua perusahaan yakni PT. Agro Andalan dan PT. TBSM.
Pihak DPRD menyarankan supaya pihak perusahaan lebih aktif dan intens untuk mengunjungi serta berkoordinasi dengan masyarakat setempat di wilayah perusahaan itu berada walaupun kata mereka, (pihak perusahaan) yang punya ladang sudah terdata.
“Supaya tidak kecolongan ya’ di koordinasikan aja kapan mereka membakar ladang supaya di monitor,” pesan Jefray. (red/sb)