Apkasindo Tekan MoU dengan UNU Kalbar Untuk Tingkatkan SDM Anak Petani Sawit

Editor: Redaksi
Sebarkan:

Apkasindo dan UNU Kalbar Tekan MoU Terkait Kebun Praktek Mahasiswa, Sabtu (16/09/2023) (Foto/TN)
KUBU RAYA, SUARABORNEO.ID -  Fakultas Pertanian Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat melakukan penandatanganan kesepakatan (MoU) dengan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) terkait kebun praktek mahasiswa, yang berlangsung di Aula Kampus UNU Kalbar, kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Sabtu (16/09/2023) pagi.

Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung, dalam pemaparannya tentang peran penting sawit dalam perputaran Siklus Ekonomi Indonesia telah menjadi penopang ekonomi Indonesia, terkhusus dalam masa-masa sulit dunia.

Peran penting ekonomi sawit di Kalbar telah menjadi penopang ekonomi Kalimantan Barat. Hal ini terlihat dari tingginya NTP perkebunan rakyat didominasi oleh sawit sebesar 157,70 dibandingkan dengan NTP tanaman pangan yang hanya 93,53.

Namun masih banyak ditemui kendala-kendala spesifik dari hulu-hilir sawit, terkhusus  terkait kepastian hukum hulu-hilir sawit dimana sering terjadi perubahan regulasi dan regulasi yang tidak singkron dengan kekinian ekonomi sawit, kawasan hutan, harga TBS yang tidak stabil yang bermula dari tidak transfarannya dan akuntabilitasnya penetapan harga di PKS-PKS. 

Dimana dasar dari penetapan harga ini adalah Permentan 01 tahun 2018 sudah tidak relevan lagi, SDM petani sawit dan program BPDPKS terkait petani sawit tidak berjalan optimum bahkan sangat minim, seperti PSR dan Sarpras

Menurutnya, pengawasan penetapan harga TBS di Disbun Kalbar dan implementasinya di PKS-PKS memerlukan pengawasan dari Aparat Penegak Hukum (APH), karena tidak sedikit PKS-PKS yang nakal dan curang, terkhusus PKS yang tanpa kebun.

“Banyak ditemukan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) semena-mena dalam menetapkan harga TBS petani, jauh dibawah harga penetapan Disbun namun disaat yang bersamaan banyak juga PKS justru membeli TBS Petani dengan harga diatas harga Disbun Kalbar. Hal ini menandakan ada yang salah dalam tatacara penetapan harga TBS di Disbun itu sendiri,” katanya.

Gulat mengatakan, meskipun kesemena-menaan ini cenderung dilakukan oleh PKS tanpa kebun, namun Apkasindo melihatnya secara menyeluruh terkhusus dari segi kepatuhan terhadap hukum dan regulasi. 

Implementasi harga TBS petani dilapangan (Di PKS) harus di awasi dan di evaluasi, karena sesungguhnya PKS dan kebun sawit itu ada di kabupaten kota dan sangat diperlukan kerjasama anatara Bupati, Kajari dan Polres.

Pengawasan APH ini untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum terkait kepada harga TBS petani di PKS-PKS dan tidak adanya kecurangan (seperti potongan timbangan, timbangan tidak pernah di tera).

“Kerjasama antar kelembagaan asosiasi sawit seperti Gapki dan Apkasindo sangat dibutuhkan untuk kordinasi,” Jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa lembaga perguruan tinggi seperti UNU sudah menunjukkan kepduliannya terkait SDM anak-anak petani sawit dan diharapkan kedepannya UNU akan menjadi mitra beasiswa sdm sawit di 2024 nanti.

“Kalbar sebagai provinsi nomor tiga terluas di Indonesia, masih sangat minim menerima manfaat dari dana BPDPKS,” ungkapnya.

Padahal, kata Gulat, BPDPKS tiap tahun tidak kurang dari Rp50 triliun terkumpul. Yang sangat dibutuhkan saat ini adalah PSR dan hilirisasi TBS petani oleh koperasi petani sawit.

Pengolahan TBS petani ini, menurutnya bisa dalam bentuk PKS mini, pabrik minyak goreng (Pamigo), pabrik minyak makan merah dan dana perbaikan jalan dan jembatan kebun. Kalbar dalam dana DBH secara keseluruhan mendapat DBH sawit      Rp310.986.115.000,-  tentu ini termasuk jumlah yang sedikit. Namun demikian untuk kedepannya akan semakin naik sesuai dengan sumbangan bea keluar dan pungutan ekspor (Levy) per tahun yang disumbangkan oleh hulu-hilir sawit.

Peranan Kampus UNU dalam hulu-hilir sawit akan semakin penting dengan keberadaan Apkasindo. Karena sebagai organisasi profesi petani sawit yang sudah berdiri 23 tahun lalu akan mendorong pemerintah dan BPDPKS supaya menjadi UNU sebagai kampus model untuk SDM sawit dan laboratorium pabrik pengolahan TBS petani, terkhusus pabrik mini minyak goreng (Pamigo).

Oleh karena itu menurut Gulat sangat layak dikatakan bahwa sawit adalah pemersatu bangsa karena sebaran sawit yang terbentang luas dari Aceh sampai papua dan Indonesia semakin kuat karena sebagai produsen CPO terbesar di dunia sebanyak 45,5 juta ton (2022) sementara malasia hanya 18,8 juta ton. 

Rektor UNU Kalimantan Barat, Rachmat Sahputra, menyambut baik kerjsama Apkasindo dengan UNU ini karena bisa sebagai implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat. 

Ia berpesan kepada mahasiswa UNU agar memanfaatkan fasilitas yang sudah ada ini untuk praktek lapangan, sehingga ketika tamat kuliah nantinya bisa turun langsung di dunia kerja. 

“Saya mengapresiasi ketrjasama ini, mudah-mudahan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh mahasiswa kami,” ujarnya.

Rachmat juga menyampaikan terima kasih kepada pengurus Apkasindo kabupaten Mempawah yang sudah menghibahkan tanah untuk praktek lapangan mahaiswa sehingga nantinya dapat digunakan untuk pengembangan potensi mahasiswa di sektor perkebunan sawit. 

Kegiatan ini juga dihadiri Ketua dan pengurus DPW Apkasindo Kalbar, Pengurus DPD Apkasindo Mempawah, Pengurus PWNU Kalbar, Stafsus Wapres Bidang Pengentasan Daerah Tertinggal, Tri Chandra Aprianto, Ketua Gapki Kalbar, Purwanti, manajemen PT KSP Agro, para dosen dan Mahasiswa UNU.

Acara juga dirangkai dengan Kuliah Umum yang disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia, Gulat Medali Emas Manurung. (TN)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini