Yessie mengatakan, “Partisipasi Indonesia di G20 EMPOWER bukan hanya soal kehadiran simbolik, melainkan menunjukkan bahwa model kolaborasi antar publik dan swasta yang inklusif sudah berjalan dan memberi dampak nyata. Melalui Sisternet, XLSMART ingin menunjukkan bagaimana perusahaan teknologi dan telekomunikasi dapat menjadi katalis pemberdayaan ekonomi perempuan di ekosistem digital”.
Pada penyelenggaraan tahun ini, Presidensi Afrika Selatan dan G20 EMPOWER menempatkan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan, pengurangan ketimpangan, inklusi digital, dan pembangunan berkelanjutan. Arah ini sejalan dengan tema besar G20 tahun 2025 yaitu, solidarity, equality, sustainability sekaligus mendukung prioritas EMPOWER untuk meningkatkan partisipasi dan kepemimpinan perempuan di sektor ekonomi, termasuk teknologi.
Bagi Indonesia, dan khususnya bagi XLSMART, fokus tersebut sangat relevan. Melalui program-program seperti Sisternet, perusahaan secara langsung menjawab dua pilar utama G20 EMPOWER yaitu peningkatan keterampilan digital perempuan dan inklusi ekonomi digital. XLSMART memosisikan diri sebagai contoh bagaimana kebijakan nasional dan komitmen global dapat diterjemahkan menjadi program konkret di lapangan.
“Di Indonesia, transformasi digital tidak boleh meninggalkan perempuan. Dengan meningkatkan literasi dan keterampilan digital, perempuan dapat mengakses peluang ekonomi baru dan berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” tambah Yessie.
Selama G20 EMPOWER Annual Summit, Yessie terlibat dalam sejumlah sesi strategis. Dalam panel bertema “Bridging Legacies: Insights from Japan and Indonesia”, Ia membagikan pengalaman Indonesia dalam membangun kolaborasi lintas negara dan lintas pemangku kepentingan untuk mendorong kepemimpinan perempuan di sektor teknologi. Ia menekankan pentingnya model pelatihan yang terukur, kemitraan publik dan swasta yang berkelanjutan, serta program mentorship yang sistematis untuk mempercepat hadirnya pipeline talenta perempuan di bidang teknologi dan digital.
Selain itu, Yessie juga memberikan presentasi best practice yang secara khusus menampilkan Sisternet sebagai model program pemberdayaan perempuan berbasis digital. Dalam sesi ini, ia memaparkan desain program, cakupan kegiatan mulai dari literasi digital, pendampingan kewirausahaan, akses ke jaringan pasar, hingga mentoring, Lebih lanjut mengenai bagaimana program tersebut dirancang agar dapat terus ditingkatkan skalanya dan adaptif terhadap kebutuhan lokal.
Forum G20 EMPOWER juga menyoroti sejumlah tantangan utama terkait kesenjangan gender di sektor teknologi dan digital, antara lain ketimpangan akses terhadap konektivitas dan perangkat, kesenjangan keterampilan digital, rendahnya representasi perempuan di posisi teknis dan kepemimpinan, hambatan budaya dan struktural bagi wirausaha perempuan, serta terbatasnya data yang terdisaggregasi menurut gender.
Dalam pandangannya, Yessie menegaskan bahwa Indonesia menunjukkan kemajuan nyata, antara lain melalui program perusahaan dan inisiatif nasional yang mendorong literasi digital perempuan. Namun, akselerasi masih sangat dibutuhkan, terutama di wilayah tertinggal dan dalam membangun pipeline kepemimpinan teknologi perempuan.
Di hadapan peserta G20 EMPOWER, Sisternet ditampilkan sebagai program unggulan perusahaan dalam mendorong literasi digital dan pemberdayaan perempuan. Sisternet mengintegrasikan pelatihan keterampilan digital melalui aplikasi Sisternet, pendampingan kewirausahaan digital, akses ke jejaring pasar dan komunitas, serta mentoring dan penguatan kepercayaan diri perempuan dalam berbisnis dan berkarier.
Menurutnya, XLSMART juga menekankan upaya internal perusahaan untuk meningkatkan representasi perempuan di level kepemimpinan dan mengembangkan future talent melalui program upskilling dan reskilling. Praktik SDM yang inklusif ini diposisikan sebagai satu kesatuan dengan komitmen eksternal perusahaan dalam mendorong ekosistem digital yang setara dan berkelanjutan.
Dari rangkaian diskusi dan interaksi di G20 EMPOWER Annual Summit, sejumlah masukan, komitmen, dan rekomendasi konkret mengemuka, baik di tingkat global maupun untuk Indonesia. Di antaranya:
• Komitmen XLSMART untuk melanjutkan dan mengembangkan Sisternet, berbagi modul pelatihan, serta menjajaki pilot program regional atau antarnegara bersama mitra di G20 EMPOWER.
• Perluasan kemitraan publik dan swasta untuk menskalakan program literasi digital perempuan dan memperluas jangkauan ke daerah-daerah yang masih tertinggal secara digital.
• Penguatan pengukuran dan data, termasuk penggunaan indikator yang terdisaggregasi menurut gender, sehingga intervensi kebijakan maupun program perusahaan menjadi lebih terarah dan terukur.
• Pengembangan model mentorship dan akses ke pasar yang lebih sistematis bagi wirausaha perempuan, agar mereka tidak hanya mampu memulai usaha tetapi juga naik kelas.
Paparan dan inisiatif yang dibawa XLSMART mendapat respon positif dari delegasi dan pemangku kepentingan internasional. Mereka mengapresiasi model praktis dan terukur yang diusung Sisternet, yang mampu memadukan literasi digital, pendampingan kewirausahaan, dan keterlibatan aktif korporasi dalam target pemberdayaan ekonomi perempuan.
Pendekatan berbasis hasil (result based) yang dapat direplikasi serta komitmen sektor swasta menjadi faktor yang banyak mendapatkan perhatian. Laporan media dan kanal resmi perusahaan juga menyoroti apresiasi ini sebagai indikasi bahwa best practice dari Indonesia relevan untuk diadaptasi di negara lain.
Bagi XLSMART dan ekosistem digital di Indonesia, manfaat partisipasi ini dirasakan dalam dua dimensi. Manfaat langsung berupa penguatan jejaring internasional, peluang kolaborasi dan pendanaan pilot program, peningkatan profil Sisternet di tingkat global, serta masukan untuk penyempurnaan program. Sementara itu, manfaat jangka panjang diharapkan berupa percepatan inklusi digital perempuan, peningkatan pipeline talenta perempuan untuk sektor teknologi, serta dukungan kebijakan yang lebih berpihak pada inklusi gender digital di Indonesia.(*/r)
