-->

Jumlah Kasus COVID-19 di Indonesia Turun Drastis

Editor: Redaksi
Sebarkan:

Orang-orang tengah menikmati makan malam di tenda jajanan kaki lima saat pelonggaran PPKM di tengah pandemi COVID-19, di Jakarta. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan)

Hanya dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan setelah mengalami gelombang kedua pandemi COVID-19, perebakan wabah virus corona di tanah air kini menurun drastis. Pertanyaan lalu mengemuka tentang apa yang mendasari penurunan kasus yang begitu cepat tersebut.

Masih segar dalam ingatan bahwa pada bulan Juli lalu, situasi pandemi COVID-19 di Indonesia memasuki titik terparah di mana banyak dari fasilitas kesehatan kolaps, tak mampu menampung aliran pasien yang datang terus menerus.

Media sosial saat itu dipenuhi oleh berita kematian dan permintaan pertolongan untuk mencari oksigen. Varian virus Delta, yang lebih menular dibandingkan dengan varian lainnya, dengan mudah menjadikan Indonesia sebagai episentrum pusat penyebaran COVID-19 di Asia.

Namun, kondisi yang terjadi kini berangsur membaik. Jumlah kasus positif harian sudah jauh turun dibandingkan dengan dua bulan lalu. Laporan COVID harian dari pemerintah juga menunjukkan penurunan drastis pada jumlah korban yang meninggal akibat infeksi virus corona ini. Dalam beberapa hari terakhir, jumlah korban meninggal tercatat di bawah 100 orang.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan selain karena penanganan pandemi COVID-19 yang dilakukan, penurunan kasus ini terjadi karena adanya kemungkinan tentang sebagian besar masyarakat sudah memiliki kekebalan.

“Salah satu penjelasan ilmiahnya adalah karena banyak rakyat Indonesia yang sudah memiliki kekebalan, baik itu secara buatan melalui vaksin, ataupun alamiah karena sembuh dari sakit,” ungkap Budi dalam telekonferensi pers, di Jakarta, pada Senin (11/10).

Untuk mengetahui hal tersebut secara pasti, pihaknya akan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Universitas Indonesia (UI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melakukan seroprevalence survey atau survei prevalensi antibodi kepada 21.880 sampel di 34 provinsi dan 100 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

 “Nanti hasil survey ini akan selesai di pertengahan Desember dan bisa memberikan gambaran yang lengkap mengenai kondisi kekebalan atau kondisi antibodi dari seluruh rakyat kita di 34 provinsi dan menjadi basis bagi penyusunan kebijakan kita ke depannya. Rencana kami seroprevalence survei ini akan dilakukan setiap enam bulan,” jelas Budi.

Ahli Epidemiologi dari Universitas Airlangga Windhu Purnomo mengakui kurva kasus COVID-19 di tanah air turun sangat tajam. Senada dengan Budi, Windhu pun menduga bahwa telah tercipta kekebalan alamiah di masyarakat akibat tingkat infeksi yang begitu tinggi yang terjadi sebelumnya.

“Jadi sebetulnya di masyarakat itu (penyebaran) sudah tinggi banget sehingga (hal) itu (kini) menghasilkan kekebalan populasi, kekebalan komunitas yang alamiah. Karena kalau (hanya bertumpu pada) vaksinasi jelas kecil, kita masih sekitar 28 persen untuk dosis dua. Jadi pasti bukan karena kekebalan vaksinasi, tetapi karena kekebalan alamiah karena infeksi yang besar di Juni, Juli dan sebelumnya,” ujar Windhu kepada VOA.

Meski begitu, katanya hipotesis atau dugaan itu harus dibuktikan dengan seroprevalence survey agar benar-benar diketahui secara epidemiologi penyebab pasti penurunan kasus COVID-19 yang begitu tajam di tanah air.

 “Itu nanti harus dibuktikan melalui yang namanya sero survey. Saya pernah mendiskusikan itu dengan Menkes, bahwa saya mencurigai adanya kekebalan alamiah di populasi karena kurvanya yang begitu tajam turun, karena kalau hanya karena intervensi pemerintah tidak akan turun setajam itu. Tetap turun tetapi turunnya lebih landai, tidak curam seperti sekarang,” pungkasnya.

Dalam konferensi pers bersama Menteri Kesehatan, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga mengklaim bahwa situasi pandemi COVID-19 di Indonesia terus mengalami perbaikan. Selama satu minggu ke belakang, katanya kasus konfirmasi positif COVID-19 harian secara nasional turun 98,4 persen. Lanjutnya, khusus untuk di Jawa dan Bali kasus corona turun hingga 98,99 persen dari puncak kasus pada 15 Juli lalu.

“Selain kasus harian terus membaik, jumlah kematian di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada 10 Oktober hanya terdapat kasus kematian sebesar 39 untuk nasional, dan 17 untuk Jawa dan Bali. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN khusus Indonesia termasuk yang terendah,” ungkap Luhut.

Luhut menjelaskan, berdasarkan data COVID-19 Recovery Index yang dirilis oleh Nikkei menunjukkan peringkat Indonesia jauh lebih baik dibandingkan Singapura, Malaysia, hingga Thailand.

Namun, ia mengingatkan kepada seluruh elemen masyarakat dan juga pemerintah khususnya pemerintah daerah, agar tidak menjadi lepas kendali dan tetap waspada. Hal ini harus dilakukan agar bisa mempertahankan kurva COVID-19 yang landai dalam waktu yang cukup lama dan konsisten. (gi/rs)

Sumber : VOA

 

 

 

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini