Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Harisson |
PONTIANAK, suaraborneo.id - Terkait banyaknya tenaga kesehatan (Nakes) yang meninggal dunia dalam penanganan maupun terpapar Covid-19, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Harisson menyampaikan duka mendalam, terlebih Nakes merupakan garda terdepan dalam penanganan Covid-19 saat ini.
Menurut Harisson, untuk tenaga kesehatan dan tenaga penunjang yang berhubungan langsung dengan pelayanan pasien Covid-19 sudah ada standarnya, sudah ada SOP-nya dan telah lama terbit Permenkes Nomor 27 tahun 2017, tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Fasyankes, kemudian dibuat lagi penjabaran dan SOP tentang pelaksanaanya baik oleh Kemenkes maupun oleh organisasi profesi masing-masing.
“Setiap tenaga kesehatan dan manajemen fasyankes sebenarnya telah memahami bagaimana pencegahan terhadap paparan infeksi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, Harisson, Jumat (25/6/2021) siang.
Pencegahan terhadap infeksi dikenal dengan istilah Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan berdasarkan transmisi suatu infeksi. Kewaspadaan standar antar lain; kebersihan tangan, penggunaan APD, dekontaminasi peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan, pengelolaan limbah, penempatan pasien dan lain-lain.
Sedangkan untuk Kewaspadaan, kata Harisson, berdasarkan transmisi suatu penyakit antara lain melalui kontak, droplet, udara, makanan dan vektor misalnya lalat dan lain-lain.
“Pelaksanaan upaya perlindungan diri dari risiko infeksi virus atau bakteri dan lain lain ini harus diawasi oleh manajemen fasilitas pelayanan kesehatan,” pintanya.
Dan menuarutnya, sebenarnya sudah ada sistem dalam pengawasan dan pengendalian infeksi ini di fasyankes masing masing. Untuk Puskesmas atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dibentuk tim PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi), kalau di rumah sakit ada Komite PPI. Jadi sudah ada tim atau petugas yang mengawasi pelaksanaannya di fasyankes .
Namun ada banyak faktor yang menyebabkan pelaksanaan perlindungan diri pada Nakes dari risiko terpapar infeksi menjadi tidak efektif, diantaranya karena faktor kelelahan, beban kerja yang tinggi sehubungan dengan meningkatnya jumlah pasien yang ditangani.
“Salah satu faktor ini, misalnya karena kelelahan yang menyebabkan pelaksanaan secara ketat dan disiplin SOP perlindungan diri dari terpapar infeksi menjadi terabaikan,” tuturnya.
Harisson juga memaparkan, untuk peralatan APD sendiri Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit selalu menyediakan, tidak seperti diawal pandemi dimana kita kesusahan mencari APD, misalnya masker, sarung tangan, maupun baju Hazmat. Sekarang ini sudah banyak tersedia APD baik bantuan dari Kemenkes maupun yang disediakan oleh pemerintah daerah.
“Untuk di Kalbar sendiri sampai sekarang ada 4 orang tenaga kesehatan yang meninggal karena terpapar Covid,” pungkasnya. (TN).