-->

Mahasiswa Harus Berpikir Progresif

Editor: Redaksi
Sebarkan:
KUBU RAYA, suaraborneo.id – Sebagai kabupaten termuda di Kalimantan Barat, Kubu Raya tidak boleh menjadi beban bagi negara. Hal ini kembali ditegaskan Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan saat menjadi pemateri kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik Universitas Tanjungpura Pontianak di Dusun Karya Bakti Desa Jeruju Besar, Kecamatan Sungai Kakap, Jumat (27/9). 

Muda mengingatkan, sejak dulu ia selalu menggaungkan slogan “Dari Kubu Raya untuk Indonesia”. “Kita ingin menancapkan dalam pikiran masyarakat, meskipun sebagai kabupaten baru tidak boleh menjadi beban bagi republik ini. Meski dari kampung, anak-anak Kubu Raya mampu berkontribusi secara nasional. Juga merekatkan berbagai keanekaragaman untuk membangun keindonesiaan yang utuh,” tuturnya. 

Karena itu, ia menyebut pentingnya revitalisasi peran mahasiswa untuk menciptakan generasi yang progresif. Yakni kaum muda yang mampu berpikir menembus zaman. Hal itu, menurutnya, sebagaimana dicontohkan para pendiri bangsa terdahulu.

“Sejak zaman perjuangan mereka mampu berpikir tentang nasib kita hari ini. Maka kita juga sama, punya tanggung jawab untuk mampu berpikir tentang masa depan yang akan dijalankan generasi mendatang. Jangan pernah rendah diri. Rendah hati harus, rendah diri jangan,” ujarnya berpesan.

Muda mengingatkan mahasiswa untuk mampu menjadi bagian dari solusi. Terlebih di Kubu Raya yang memiliki jumlah penduduk sekitar 604 ribu jiwa. Atau ketiga terbesar di Kalimantan Barat. Namun, menurutnya, jumlah yang besar tersebut juga mengandung potensi. Yakni, adanya separuh penduduk yang berusia 0-29 tahun. 

“Nah, berarti bonus demografi pemuda ke depan tingkat usia produktif lebih besar. Inilah kesempatan yang baik bagi kita untuk tetap menjaga kesatuan sekaligus memajukan masyarakat. Darimanapun asal kita, yang penting pembuktian cara pikir kita. Kualitas kita berpikir, bergerak, dan menyelesaikan masalah,” tuturnya.

Muda meminta mahasiswa untuk terus menyemangati masyarakat. Sebagai kaum progresif yang visioner, mahasiswa tidak boleh tergilas zaman. Karena itu, harus cepat menyesuaikan diri. Dengan cara itu pula, mahasiswa harus peka dan dapat membangun relasi sosial yang tepat dengan masyarakat. 

“Kita harus ‘mendesakan kampus dan mengkampuskan desa’. Maksudnya, bagaimana membangun suasana kampus yang tidak hanya ego ilmu tapi juga solutif. Ada suasana semangat gotong gotong dan kebersamaan untuk bisa membangun nilai. Juga mengkampuskan desa, di mana membangun pola pikir masyarakat agar logis, ilmiah, dan intelek namun tetap menjaga kearifan lokal dan pesan peradaban-peradaban unggul,” terangnya. 

Sebagai pemilik masa depan, Muda meminta mahasiswa untuk berimajinasi menjadi pemimpin. Alih-alih menjadi penguasa. Menurutnya, pemimpin punya kemampuan mengayomi dan menyatukan. Sedangkan penguasa cenderung dengan pendekatan kekuasaan. 

“Pemimpin mendahulukan kepentingan yang dipimpin. Dan di situlah revitalisasi peran mahasiswa. Seorang pemimpin tidak memikirkan dirinya sendiri. Kalau penguasa minta dilayani dulu baru memikirkan yang lain. Pemimpin tidak hanya berpikir saat punya kewenangan. Itulah kepemimpinan yang harus ditancapkan dalam pikiran generasi muda,” sebutnya. 

Dirinya mengapresiasi kegiatan Diklat HIMA-AP Untan di Desa Jeruju Besar. Ia menilai interaksi mahasiswa dengan masyarakat dapat menyatukan persepsi. Khususnya dalam konteks kepentingan masyarakat melalui desa-desa. 

“Saya mengapresiasi mahasiswa atas inisatifnya untuk selalu dekat dengan masyarakat. Selalu ingin mampu merasakan suasana batin yang ada di masyarakat di kampung-kampung,” ucapnya.

Penulis: Rio
Editor: Asmuni 
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini