PONTIANAK, Suaraborneo.id - Siti Anissa, mahasiswi Program Studi D4 Manajemen Perkebunan Politeknik Negeri Pontianak (Polnep), mengungkapkan kekagumannya setelah mendalami budaya Dayak, khususnya tradisi Naik Dango.Kunjungan di secretariat panitia naik dango II DAD Kota Pontianak
Ia mengaku memilih fokus mempelajari ilmu dasar sosial dan budaya sebagai bagian dari studinya.
Selama kunjungan di secretariat panitia naik dango II DAD Kota Pontianak, Minggu (27/4) Anissa mencatat berbagai ciri khas budaya Dayak, termasuk keunikan dalam tradisi panen padi.
Ia, yang berasal dari suku Melayu Tolen, merasa terkesan setelah memahami bahwa tradisi Naik Dango bukan sekadar ritual biasa, melainkan bentuk rasa syukur atas hasil panen padi yang penuh sejarah.
"Naik Dango ini mengajarkan kita tentang rasa syukur yang dalam setelah panen padi. Saya baru tahu ternyata padi ini memiliki historis yang kuat dalam masyarakat Dayak," ujar Anissa.
Dalam penjelasannya, Anissa menyoroti cerita tentang asal-usul padi dari sosok mitologis Nenek Beruang kulub. Ia juga mencatat tradisi unik membagikan beras besar berbentuk bulat pada tengah malam, yang masih dijalankan dalam adat ngelajukan.
"Bagi saya, upacara seperti membagikan beras besar di jam 12 malam itu sangat unik. Tradisi ini perlu kita kenalkan ke seluruh Indonesia, bahkan ke dunia internasional," tegasnya.
Anissa menilai budaya Naik Dango harus terus dilestarikan karena nilai historis dan keunikannya. Ia berharap generasi muda turut menjaga dan mengenalkan tradisi ini agar tidak hilang tergerus zaman.
"Kita harus bangga dan terus melestarikan budaya seperti ini," tambahnya.
Siti Anissa pun menutup perbincangan Bersama pengurus DAD Kota Pontianak dan Panitia Naik Dango II di Rumah Radangk dengan semangat, membawa pulang pengalaman berharga untuk mendukung studinya di bidang manajemen perkebunan. (Tarjan Sofian/Mas)