SUARABORNEO.ID — Paskah menjadi momen suci dan penuh makna bagi umat Kristen di seluruh dunia. Perayaan ini bukan hanya tentang kebangkitan Yesus Kristus, tetapi juga merupakan rangkaian perjalanan iman yang mencakup pengorbanan, kasih, dan kemenangan atas maut. Rangkaian Paskah dimulai sejak Kamis Putih, berlanjut ke Jumat Agung, Minggu Paskah, dan diakhiri dengan peringatan Kenaikan Yesus ke surga.Ilustrasi (Foto:int)
Kamis Putih menjadi awal perenungan. Pada hari ini, umat memperingati perjamuan terakhir antara Yesus dan para murid-Nya. Dalam momen ini, Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai simbol kerendahan hati dan kasih yang tulus. Ia juga menetapkan Perjamuan Kudus sebagai lambang tubuh dan darah-Nya, yang akan dikorbankan demi keselamatan umat manusia.
Keesokan harinya, Jumat Agung, menjadi hari yang paling penuh duka dalam kalender liturgi Kristen. Pada hari ini, Yesus disalibkan dan wafat di kayu salib. Bagi umat Kristen, momen ini mengandung makna pengorbanan tertinggi—bahwa Yesus menebus dosa umat manusia melalui penderitaan dan kematian-Nya.
Namun kisah tidak berhenti di salib. Minggu Paskah dirayakan sebagai puncak sukacita umat Kristen, ketika Yesus bangkit dari kematian. Kebangkitan ini menjadi fondasi utama iman Kristen: bahwa maut telah dikalahkan dan harapan akan hidup kekal diberikan kepada setiap orang yang percaya.
Empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya, umat memperingati Kenaikan Yesus ke surga (Kenaikan Isa Almasih). Dalam tradisi Kristen, peristiwa ini menandai kembalinya Yesus ke hadirat Allah Bapa, sekaligus menjadi janji bahwa suatu hari Ia akan datang kembali. Kenaikan ini juga memperkuat keyakinan bahwa misi Yesus di dunia telah selesai dan Roh Kudus akan hadir menyertai umat-Nya.
Rangkaian Paskah dalam iman Kristen Protestan bukan sekadar ritual tahunan, melainkan perjalanan rohani yang mengajak umat untuk merenungkan kasih Allah yang tak terbatas dan panggilan hidup dalam pengharapan, iman, serta kasih kepada sesama. (berbagai sumber).