PONTIANAK, suaraborneo.id - Akibat pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal, termasuk cara manusia di dunia dalam merayakan momen Natal tahun 2020.
Sineas muda dari Pontianak, Kalimantan Barat, Pieter Andas Parinatha, mengolah kondisi ini dalam sebuah film pendek berjudul “Putri Salju”. Film yang melibatkan 17 orang, termasuk 3 pemain, diselesaikan kurang dari satu pekan.
Andas yang telah memproduksi sejumlah film pendek dan documenter menuturkan, film bertema keluarga ini dikisahkan dengan balutan suasana pandemi.
Bagi Andas, pembuatan film ini sebagai upaya memberikan hiburan akhir tahun melalui kerja-kerja kreatif. Juga ingin menghadirkan sukacita natal melalui sebuah karya.
Ia berdiskusi dengan temannya, orang Kalimantan Barat yang tinggal di Jakarta untuk pembuatan naskah film ini.
“Apalah artinya natal tanpa berkumpul dengan orang tersayang. Tapi sekarang pandemic menyebabkan kita sulit berkumpul. Meski begitu, dalam suasana yang sangat berubah, kita harus menyambut suka cita natal,” kata Andas.
Andas yang memproduseri film itu bersama Panca Esti, praktisi media audio visual yang terbilang senior di Kalimantan Barat. Panca mengatakan, meski produksi film ini sederhana, tetap mencoba menggunakan kaidah dan prinsip manajemen produksi sebuah sinematografi semaksimal mungkin.
“Kami berharap ini menjadi pengamalan estetik buat kami semua di tengah kondisi pandemic, yang bermakna pada natal,” ujar Panca.
Film itu menampilkan tiga karakter. Seorang Bapak (diperankan Hanz E. Pramana, praktisi media), seorang ibu (diperankan Iwi Sartika, aktivis perempuan) dan pemuda bernama Noel (diperankan Yehezqiel Ferediko, mahasiswa).
Dua hari pembuatan gambar di dua tempat berbeda, dan seluruh proses produksi diselesaikan sekitar satu pekan. Sebagai sutradara, Andas dibantu oleh Kristin A Putri sebagai assiten.
Beberapa pegiat seni terlibat dalam produksinya. Di antaranya Friedrich sebagai director of photography dengan asisten Neri, penata artistic Deny Farid dengan asisten Primus, serta penata music Billie Agrie Oktada.
Kemudian Efrem Nyangko sebagai sound recordist dan Cindy Blaise untuk menangani make up dan wardrobe. Tak ketinggalan Weros dan Adi untuk bagian behind the scene, dan Teofilus Irwan untuk artwork and design.
Hasil film ini akan diluncurkan melalui channel Youtube yang sudah disediakan khusus oleh tim produksi, sehingga publuk bisa menyaksikan hasil karya anak Pontianak ini.(Tim/TS/Put).